GT, demikian inisial dari Giant Travelly, merupakan ikan laut agresif yang menyukai habitat perairan berkarang dengan tingkat pasang surut yang relatif cepat. Bentuknya yang pipih, aerodinamis dan didukung dengan sepasang sirip serta ekor yang kuat, menyebabkan GT dinobatkan sebagai salah satu nominator ikan yang diburu oleh para pemancing. Bukan karena dagingnya yang gurih dan bergizi tinggi, melainkan karena tangguhnya perlawanan GT sehingga jika salah prediksi, tali pancing dipastikan akan terputus.
Agoes Soenarjo, salah seorang pemancing dari Mercusuar Fishing Team Cilacap menjelaskan, GT merupakan ikan berkarakter liar yang akan langsung menarik umpan ke bebatuan karang di dasar laut dengan cepat dan sekuat tenaga. Jika terlambat merespon, maka hanya memiliki dua kemungkinan. Pertama, ikan terangkat dengan kondisi tali yang koyak karena gesekan batu karang. Kedua, ikan lolos karena tali terputus.
Perjalanan tersebut dimulai pada pukul 14.30 Wib, setelah sebelumnya kami berkumpul di pantai Teluk Penyu Cilacap. Cuaca yang cerah, udara sejuk,tingkat gelombang relatif tenang dan angin yang bertiup sedikit kencang ternyata sangat mendukung kondisi perjalanan kami. Di saat itulah saya baru menyadari, jika pesisir timur dan selatan Pulau Nusakambangan ternyata dipenuhi dengan tebing terjal dan pulau-pulau karang serta puluhan gua alam yang terkena efek pasang surut. Di salah satu cekungan benteng karang di perairan Selo Kumudu, kami memulai untuk popping.
“Popping merupakan salah satu teknik dalam memancing di mana kami menggunakan umpan buatan dari kayu atau fiber sehingga dapat mengapung di permukaan air. Setelah dilempar, umpan dimainkan dengan cara ditarik baik cepat ataupun pelan. Biasanya GT akan langsung tergila-gila dan menyambarnya. Sementara teknik jigging adalah kebalikan dari poping,” kata Agoes, sesaat setelah kami tiba di Selo Kumudu sekitar pukul 15.00 Wib.
Benar saja. Belum 10 menit berlalu, umpan dari joran milik Agoes langsung disambar, ditarik ke dasar dan putus hanya dalam hitungan dua detik. “Wah, belum panas. Saya lupa tidak memasangkan tali baja di ujung umpan,” ujar Agoes sembari ditertawakan oleh beberapa rekan pemancing lainnya.
Lebih dari satu jam pun berlalu. Sepertinya sudah ratusan kali umpan dilempar dan ditarik kembali sementara matahari di sisi barat sudah mulai redup di antara langit biru cerah dan tonjolan batu karang raksasa di perairan Selo Kumudu. Sebuah pemandangan dan cuaca yang sangat mengagumkan hingga, sebuah sentakan keras di lambung perahu mengagetkan seluruh penumpang termasuk tekongnya (pengemudi perahu). Seekor giant travelly bersirip hitam dengan bobot lebih dari 15 kg menarik umpan dari joran milik Mislam yang juga Mercusuar Fishing Team, dengan sangat kuat dan cepat sehingga badan perahu sempat sedikit oleng ke kanan. Sementara dirinya tengah kerepotan bertarung dengan GT di ujung kailnya, lambung perahu kembali tersentak dan kali ini lebih keras. Poping yang dilakukan rekan Mercusuar lainnya yakni Ratamto juga telah disambar oleh GT berbobot hampir 17 kg.
10 menit berlalu, namun belum ada tanda-tanda perlawanan dua ekor GT tersebut melemah. Sementara Ratamto dan Mislam mulai terengah-engah walaupun ekspresi wajahnya terlihat sangat menikmati perlawanan sengit dari giant travelly. Hingga beberapa saat kemudian, perlawanan sepasang GT dengan bobot total sekitar 32 kg semakin melemah dan mulai terlihat di permukaan air.
“Ini baru poping. Coba kalau kita Jigging di tengah sana, mungkin kita bisa mendapatkan GT dengan berat 25 kg per ekor. Bagaimana, mau dicoba?” ajak Mislam sembari menunjuk ke arah laut lepas namun ditolak oleh tekong dengan alasan tidak cukup bahan bakar.
0 komentar:
Posting Komentar