Trip yang tidak diduga ini akhirnya mewujudkan impian saya atas keberhasilan strike dengan ikan pedang (swordfish). Berikut kisah Suryanto yang diceritakan kepada MM
Sebenarnya trip ini kali kedua bagi saya menuju lokasi yang baru pertama didatangi. Maklum menurut nelayan, lokasi ini spot mereka untuk mencari ikan. Trip pertama saya lakukan tidak membuahkan hasil. Dan trip kedua Oktober 2010 lalu membuahkan hasil mengejutkan bagi saya dan rekan-rekan satu perahu.
Sebagai pemancing, saya yang berdomisili di sekitar Binuangeun banyak kenal dengan para nelayan dari Tanjung Panto. Beberapa kali nelayan itu mengajak saya untuk mancing mengikuti kegiatan mereka mencari ikan di Pantai Selatan. Seiring dengan ajakan itu, saya pun menyempatkan diri ikut. Alasan trip dengan nelayan ini saat mereka mengatakan bahwa layur dan pedang lagi main.
Trip pertama dilakukan gagal, hasil dibawa ke darat tidak maksimal. Tapi itulah mancing ngga selalu pulang bawa ikan, kadang hasil bagus kadang tidak maksimal. Penasaran dengan keinginan untuk mendapatkan ikan pedang atau nama latinnya xiphias gladius kian menghinggapi diri saya. Ingin rasanya strike dengan swordfish. Itulah yang ada di benak. Satu minggu kemudian para nelayan itu Yeyen, Ade dan Baden kembali mengajak melaut mencari layur dan pedang di lokasi sama.
Sebagai pemancing, saya yang berdomisili di sekitar Binuangeun banyak kenal dengan para nelayan dari Tanjung Panto. Beberapa kali nelayan itu mengajak saya untuk mancing mengikuti kegiatan mereka mencari ikan di Pantai Selatan. Seiring dengan ajakan itu, saya pun menyempatkan diri ikut. Alasan trip dengan nelayan ini saat mereka mengatakan bahwa layur dan pedang lagi main.
Trip pertama dilakukan gagal, hasil dibawa ke darat tidak maksimal. Tapi itulah mancing ngga selalu pulang bawa ikan, kadang hasil bagus kadang tidak maksimal. Penasaran dengan keinginan untuk mendapatkan ikan pedang atau nama latinnya xiphias gladius kian menghinggapi diri saya. Ingin rasanya strike dengan swordfish. Itulah yang ada di benak. Satu minggu kemudian para nelayan itu Yeyen, Ade dan Baden kembali mengajak melaut mencari layur dan pedang di lokasi sama.
Ajakan itu lantas saya iakan. Dengan persiapan minimalis, kami berangkat dari Tanjung Panto sore hari menuju spot yang tempo hari dikunjungi. Tanpa menggunakan alat bantu seperti GPS maupun fishfinder perjalanan ini benar-benar tradisional. Tak butuh waktu lama untuk mencapai spot dari Tanjung Panto hanya 40 menit. Setibanya di spot Karang Rangkas dengan kedalaman 90-120 meter (ke tengah sedikit mencapai 200 m) kami berempat yang menggunakan perahu katir bercagak atau orang sana menamakan kincang sepanjang 6 meter dan lebar 90 cm pancing rawe dengan umpan ikan tembang siap diturunkan.
Waktu terus berjalan hasil didapat baru sebatas layur dari berbagai ukuran. Dari hasil pengamatan, ikan-ikan layur di spot ini ukurannya besar-besar, bahkan ada panjangnya 1,60 meter. Jelang malam ombak di posisi kami berada mulai berulah. Kapal oleng kanan oleng kiri. Dengan mengandalkan teknik handline satu persatu ikan layur memenuhi kapal. Menurut nelayan bulan ini musim layur dan pedang hingga Februari mendatang yang dimulai dari Agustus.
Nah, saat nelayan kembali mengatakan itu musimnya pedang dan layur, semangat saya timbul untuk segera menggaet dan menuntaskan. “Mudah-mudahan ikan pedang terkait,” kata saya dalam hati. Malam dingin ditambah semilir angin yang kuat, dengan kondisi perahu tidak begitu besar kian membuat saya bukannya menurun fisik malah fit, begitu juga nelayan rekan-rekan yang kerjaannya seperti itu.
Jelang dinihari jam 1 malam, pancing rawe menampakan hasil dengan tangkapan yang berat. Sekuat tenaga saya mencoba menarik. Nelayan menduga bahwa yang menyambar itu swordfish. Wahh….begitu senangnya, apalagi dugaan mereka itu membuat saya percaya diri bahwa ikan pedang impian saya jadi kenyataan. Cukup lama saya dan nelayan saling bantu menarik pancing rawe dengan teknik handline.
Butuh waktu satu jam menaklukkan ikan pedang dengan tarikan lumayan berat guna menaikkan ke kapal. Apalagi ikan pedang melawan dan terbelit di tali senar, sedangkan untuk lepas dari lilitan sukar sekali. Pelan tapi pasti saya mulai menarik dan ternyata benar ikan pedang seperti dikatakan nelayan. Ikan pedang itu tak hanya satu ekor, karena menggunakan pancing rawe satu ekor ikan pedang lainnya ikut terangkat, hanya ukurannya kecil.
Setelah beramai-ramai mengangkat ke atas kapal ikan pedang dengan berat 57 kg dan 26 kg itu berhasil kami angkat, dan ini menjadi kebanggaan saya. Menurut nelayan ikan pedang di lokasi itu keluar malam hari. Itu memang karakter mereka (ikan pedang). Penjelasan lainnya, pernah seorang nelayan mengangkat pedang dengan bobot 100 kg dan 60 kg beberapa waktu lalu di lokasi sama.
Menunggu datangnya pagi, kami terus mencari ikan-ikan lainnya, maklum karena saya ikut nelayan mau ngga mau jamnya harus disesuikan dengan mereka. Jelang pagi saat matahari muncul kami kembali ke Tanjung Panto dengan perasaan senang khususnya saya.
Waktu terus berjalan hasil didapat baru sebatas layur dari berbagai ukuran. Dari hasil pengamatan, ikan-ikan layur di spot ini ukurannya besar-besar, bahkan ada panjangnya 1,60 meter. Jelang malam ombak di posisi kami berada mulai berulah. Kapal oleng kanan oleng kiri. Dengan mengandalkan teknik handline satu persatu ikan layur memenuhi kapal. Menurut nelayan bulan ini musim layur dan pedang hingga Februari mendatang yang dimulai dari Agustus.
Nah, saat nelayan kembali mengatakan itu musimnya pedang dan layur, semangat saya timbul untuk segera menggaet dan menuntaskan. “Mudah-mudahan ikan pedang terkait,” kata saya dalam hati. Malam dingin ditambah semilir angin yang kuat, dengan kondisi perahu tidak begitu besar kian membuat saya bukannya menurun fisik malah fit, begitu juga nelayan rekan-rekan yang kerjaannya seperti itu.
Jelang dinihari jam 1 malam, pancing rawe menampakan hasil dengan tangkapan yang berat. Sekuat tenaga saya mencoba menarik. Nelayan menduga bahwa yang menyambar itu swordfish. Wahh….begitu senangnya, apalagi dugaan mereka itu membuat saya percaya diri bahwa ikan pedang impian saya jadi kenyataan. Cukup lama saya dan nelayan saling bantu menarik pancing rawe dengan teknik handline.
Butuh waktu satu jam menaklukkan ikan pedang dengan tarikan lumayan berat guna menaikkan ke kapal. Apalagi ikan pedang melawan dan terbelit di tali senar, sedangkan untuk lepas dari lilitan sukar sekali. Pelan tapi pasti saya mulai menarik dan ternyata benar ikan pedang seperti dikatakan nelayan. Ikan pedang itu tak hanya satu ekor, karena menggunakan pancing rawe satu ekor ikan pedang lainnya ikut terangkat, hanya ukurannya kecil.
Setelah beramai-ramai mengangkat ke atas kapal ikan pedang dengan berat 57 kg dan 26 kg itu berhasil kami angkat, dan ini menjadi kebanggaan saya. Menurut nelayan ikan pedang di lokasi itu keluar malam hari. Itu memang karakter mereka (ikan pedang). Penjelasan lainnya, pernah seorang nelayan mengangkat pedang dengan bobot 100 kg dan 60 kg beberapa waktu lalu di lokasi sama.
Menunggu datangnya pagi, kami terus mencari ikan-ikan lainnya, maklum karena saya ikut nelayan mau ngga mau jamnya harus disesuikan dengan mereka. Jelang pagi saat matahari muncul kami kembali ke Tanjung Panto dengan perasaan senang khususnya saya.
Total ikan yang didapat hari itu layur 130 ekor dari ukuran 1,5 kg sampai 4 kg dan 2 ekor ikan pedang dengan berat 57 kg dan 26 kg. Sebagai kenang-kenangan 2 ikan pedang saya sandingkan di kiri kanan untuk diabadikan.~rambe
0 komentar:
Posting Komentar