KOMPAS/AHMAD ARIEF
BOJONEGORO, KAMIS - Perairan Bengawan Solo di daerah hilir Bojonegoro dan Tuban, Jawa Timur, termasuk di wilayah Cepu, Jawa Tengah, dalam musim kemarau ini menjadi ajang lokasi rekreasi memancing.
Seorang Karyawan Badan Pertanahan (BPN) Bojonegoro, Safiuddin, Kamis, mengatakan potensi perairan Bengawan Solo di Bojonegoro dan Tuban, sangat potensial menjadi ajang rekreasi memancing selama musim kemarau.
Selama ini, lanjut dia, mencari lokasi rekreasi di Bojonegoro dan sekitarnya yang representatif cukup sulit, sedangkan ke wilayah Tuban dan Lamongan yang memiliki sejumlah potensi wisata juga sudah sering dikunjungi.
"Rekreasi ke Tuban dan Lamongan bosan, sudah bayar, tempatnya jauh. Sedangkan memancing biaya hemat, karena gratis", katanya sambil tersenyum.
Di hilir Bengawan Solo terdapat sejumlah lokasi "kedung" (kubangan) dengan kedalaman mulai 2-10 m yang sangat strategis untuk memancing, karena menyimpan beragam ikan.
Safiuddin mengaku, setiap hari libur bersama dengan empat rekannya berangkat rekreasi memancing ke lokasi kedung Bengawan Solo di Desa Kanorejo, Kecamatan Soko, Tuban. Di lokasi itu, ia memancing dengan memanfaatkan perahu tembo, sehingga cara memancingnya berada di tengah dengan memilih lokasi berpindah-pindah.
"Setiap pulang mancing tidak lebih 10 ekor ikan jambal, cendhil, juga rengkik sebesar lengan hingga kaki orang dewasa kami dapatkan", katanya dengan nada bangga.
Pemancing lainnya asal Cepu, Jateng, Jatmiko mengaku, senang memilih rekreasi memancing di bawah jembatan Cepu atau di perairan Bengawan Solo di Sale, Kecamatan Kalitidu.
Di dua lokasi itu, sepanjang musim kemarau puluhan pemancing dari berbagai daerah di Bojonegoro dan Cepu memancing dengan memanfaatkan perahu tembo atau memancing dari tepi.
"Saya mengusahakan tempat di sini menjadi lokasi memancing sejak tahun 1999, setiap musim kemarau selalu saya beri rumpon bambu. Hasilnya, setiap musim memancing para pemancing berdatangan", kata Paad, warga Desa Leran, Kecamatan Kalitidu.
Pensiunan Proyek Bengawan Solo Hilir di Bojonegoro, Sugino, yang juga memiliki hobi memancing menyatakan, selama ini sejumlah lokasi pemancingan di perairan Bengawan Solo masih sebatas dikelola masyarakat secara tradisional.
Belum ada investor yang berani mengelola secara profesional, dengan membangun berbagai ajang rekreasi yang representatif, termasuk ajang memancing.
"Saya yakin, kalau dikelola dengan baik perairan Bengawan Solo di Bojonegoro bisa menjadi potensi wisata andalan, dan bisa memberikan pemasukan bagi daerah," katanya menambahkan.
Seorang Karyawan Badan Pertanahan (BPN) Bojonegoro, Safiuddin, Kamis, mengatakan potensi perairan Bengawan Solo di Bojonegoro dan Tuban, sangat potensial menjadi ajang rekreasi memancing selama musim kemarau.
Selama ini, lanjut dia, mencari lokasi rekreasi di Bojonegoro dan sekitarnya yang representatif cukup sulit, sedangkan ke wilayah Tuban dan Lamongan yang memiliki sejumlah potensi wisata juga sudah sering dikunjungi.
"Rekreasi ke Tuban dan Lamongan bosan, sudah bayar, tempatnya jauh. Sedangkan memancing biaya hemat, karena gratis", katanya sambil tersenyum.
Di hilir Bengawan Solo terdapat sejumlah lokasi "kedung" (kubangan) dengan kedalaman mulai 2-10 m yang sangat strategis untuk memancing, karena menyimpan beragam ikan.
Safiuddin mengaku, setiap hari libur bersama dengan empat rekannya berangkat rekreasi memancing ke lokasi kedung Bengawan Solo di Desa Kanorejo, Kecamatan Soko, Tuban. Di lokasi itu, ia memancing dengan memanfaatkan perahu tembo, sehingga cara memancingnya berada di tengah dengan memilih lokasi berpindah-pindah.
"Setiap pulang mancing tidak lebih 10 ekor ikan jambal, cendhil, juga rengkik sebesar lengan hingga kaki orang dewasa kami dapatkan", katanya dengan nada bangga.
Pemancing lainnya asal Cepu, Jateng, Jatmiko mengaku, senang memilih rekreasi memancing di bawah jembatan Cepu atau di perairan Bengawan Solo di Sale, Kecamatan Kalitidu.
Di dua lokasi itu, sepanjang musim kemarau puluhan pemancing dari berbagai daerah di Bojonegoro dan Cepu memancing dengan memanfaatkan perahu tembo atau memancing dari tepi.
"Saya mengusahakan tempat di sini menjadi lokasi memancing sejak tahun 1999, setiap musim kemarau selalu saya beri rumpon bambu. Hasilnya, setiap musim memancing para pemancing berdatangan", kata Paad, warga Desa Leran, Kecamatan Kalitidu.
Pensiunan Proyek Bengawan Solo Hilir di Bojonegoro, Sugino, yang juga memiliki hobi memancing menyatakan, selama ini sejumlah lokasi pemancingan di perairan Bengawan Solo masih sebatas dikelola masyarakat secara tradisional.
Belum ada investor yang berani mengelola secara profesional, dengan membangun berbagai ajang rekreasi yang representatif, termasuk ajang memancing.
"Saya yakin, kalau dikelola dengan baik perairan Bengawan Solo di Bojonegoro bisa menjadi potensi wisata andalan, dan bisa memberikan pemasukan bagi daerah," katanya menambahkan.
0 komentar:
Posting Komentar